Wednesday, October 30, 2013


Dsapta
Anak, Ambe'/Indo'(Tomatua)Nene' Mammi'Nene' Uttu'Nene' SalemberanNene' Todoan

Rana Dase
MA’A dan SARITA, Kain Asli dari Surga.

Ada pesan dari pemburu benda2 purbakala : “Jika kamu berkunjung ke Toraja, jangan lupa untuk membeli Kain Ma’a dan Kain Sarita”.
Konon, kedua kain ini dibawa oleh nenek moyang suku Toraja yang datang dari Surga, kemudian menetap di bumi.

Kain Ma’a adalah Kain Sakral yang hanya dikenakan oleh Pemuka Adat ( Parengnge’ ) dan Pemuka Agama ( Patutungan Bia’ & Tominaa ). Para pemuka adat dan pemuka agama mengenakan kain ini pada upacara tertentu, seperti Mangrara Banua ( syukuran rumah ). Keistimewaan lain, yaitu sebagai Pembungkus Jenazah.

Kain ini berukuran 2,25 m x 60 cm. Sebagai hewan yang memiliki kedudukan tinggi di Toraja, kerbau tampil sebagai motif pada Kain Ma’a. Kerbau yang beriringan dan motif bintang yang digambarkan dalam bentuk salib, adalah dua motif yang paling sering tampak pada motif kain ini.

Selain kain Ma’a, ada juga kain Sarita yang biasa disebut sebagai Batik-nya Toraja. Tentu saja batik ini berbeda dengan batik-batik yang ada di Jawa. Perbedaannya terletak pada corak, motif, dan perintang warna ( zat pewarnanya ) yang digunakan pada proses pembuatannya. Pada kain Sarita, perintang warnanya menggunakan “malam lebah”. Kadang-kadang mereka juga membuatnya dari “bubur beras”, seperti pada proses pembuatan Kain Simbut di Baduy.

Kedua kain ini ( M’a & Sarita ) memiliki banyak keistimewaan bagi masyarakat setempat. Di antaranya adalah sebagai Penolak Bala, memiliki khasiat untuk Memberi Keberuntungan, dan sebagai Penghubung antara Manusia dengan Tuhan.
Caranya ialah dengan mengikatkan ujung kain sarita yang panjangnya 5 meter dengan lebar 30 cm ini pada tiang rumah dan ujung lainnya diikatkan pada tiang tempat kerbau ditambatkan sebelum disembelih sebagai persembahan. Corak-corak yang terdapat pada kain ini menunjukkan tingkat sosial dan kekayaan si pemilik kain.

Serat kapas bukanlah satu-satunya bahan yang digunakan sebagai bahan pembuat kain tenun di Toraja. Serat tumbuhan lainnya pun dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain. Nenek moyang Orang Toraja pernah menggunakan serat daun nanas sebagai bahan pembuat kain yang akan dijadikan tirai atau baju pada upacara tertentu. Sedangkan zat warna yang mereka gunakan semuanya terbuat dari bahan-bahan alami yang diperoleh dari dedaunan, biji-bijian, akar-akaran, tanah liat, maupun rempah-rempah. Warna-warna yang dihasilkan dari bahan-bahan alami tersebut antara lain ialah warna hijau, kuning, hitam, merah dan biru.

Keunikan inilah yang membuat kain Ma’a asal Toraja terus dilestarikan, untuk menambah daya tarik wisatawan ke Indonesia. Apalagi, corak kain Ma’a disebut-sebut mirip dengan ragam hias kain milik Suku Ma’a yang ada di kawasan Vietnam Selatan.

Kain MA’A ( Batik Toraja ) adalah : BATIK TERTUA di DUNIA.

Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik” yang bermakna “titik”. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.

Sebuah catatan penting bahwa daerah Indonesia yang tidak terkena pengaruh Hindu seperti Toraja pernah berkembang batik yang dibuat dengan teknik wax-resist dyeing. Cikal bakal batik dapat ditelusuri dari kain simbut dari Banten dan kain ma’a dari Toraja di Sulawesi Selatan yang memakai bubur nasi sebagai perintang warna. Oleh karena posisi Geografis Toraja terisolasi di pegunungan, maka para ahli menduga kemungkinan besar batik itu asli dari sana, tidak dipengaruhi India sebagaimana sejarah batik Jawa yang ditengarai dikenalkan pada jaman Raja Lembu Amiluhur (Jenggala), sehingga Ma’a ( Batik Toraja ) ini memunculkan teori boleh jadi Ma’a adalah Baik pertama Indonesia.

Mengutip Heringa (1996), konon batik ini diperkenalkan oleh orang India, pada saat Raja Lembu Amiluhur menikahkan putranya dengan putri India, sekitar tahun 700. Dalam bagian lainnya, disebutkan kalau batik dalam bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki oleh Orang Toraja.

Salah satu kreasi baru yang muncul adalah Ma'a & Sarita ( Batik Toraja ) yang merupakan hasil karya perancang busana, Fothel Art. Menurut Arfol, motif batik Toraja ini beramacam-macam. Masing- masing motif mempunyai nama yang mengandung arti tertentu. Seperti motif Pare Allo yang berarti matahari dan bentuk bulat menyerupai matahari yang bersinar. Ada yng disebut Pa’teddong yang berarti kepala kerbau dan menjadi lambang kebesaran di daerah Toraja Kemudian ada yang dinamakan Poya Mundudan yang dalam bahasa Indonesia berarti burung belibis.

Warna khas Ma'a & sarita ( Batik Toraja ) adalah hitam, merah, putih dan kuning. Untuk warna kombinasi setelah kain dicap, kemudian di celup dengan pewarna dan selanjutnya beberapa garis motif ditutup dengan warna yang berbeda,”ungkap Arfol. Bahan yang digunakan dalam pembuatan batik ini ada tiga macam, yaitu katun, sutera super dan sutera ATBM

MA’A ( BATIK TORAJA ) mulai diperkenalkan secara resmi tahun 2004 dengan idea menuangkan Karya Ukir dalam Kain dan merupakan perpaduan antara nilai tradisional dengan post-modern. Produk-produk yang mulai diminati : sutera dalam aplikasi bahan, Kemeja, Selendang dan Stola serta Kain Sarung dan Celana Santai yang sering digunakan dalam keseharian Masyarakat Toraja.

Sejak batik dijadikan sebagai Ikon Nasional, kenapa Batik Lokal Sulawesi Selatan ( Ma'a & Sarita Toraya ) yang diketahui sebagai pendahulu pengrajin batik malah tenggelam dari gempita produksi Batik Nasional?
Jawabannya mudah! Inovasi instansi yang bersangkutan untuk promosi potensi daerah Sulawesi Selatan ( Toraja ) miskin ide dan memang sudah melempem dari dulu.. 

Duuuhhh..koq Moyang2 Toraja dulu begitu kaya idea & kreatif ( tanpa pendidikan formal ), koq malah sekarang jadi miskin idea ( dgn pendidikan formal yang berjejeran ) yah...?!
Ada jawaban atas masalah ini siulu' sola masang...??? 




Kalau tidak salah... Ma' Pesung adalah proses meracik Sesaji yang di siapkan dalam suatu ritual upacara yang di persembahkan kepada Sang pencipta melaului perantaraan sang Dewa (Deata) Mis : yang di gambar ini adalah tentunya melalui perantara Deata Kesuburan dan kemakmuran ... tabe' ke kalirui, atau kurang lengkap... Aku bang mo uainna pa'piong anak manuk, sola barra' rarang....
 Dase Agustinus
Ma'pesung...banyak macam...ma'pesung jika kita orang kristes setara dengan ungkapan doa...kalau ma'pesung unsuru'k tallu lolona..biasa di pakai pare kasalle.. sih pentallu di pogau..di allai si sang bongi..manu' di tunu' manu sella yang pertama..manu' tae melodukapi... yanna ma'pesung too ma'kaburu atau un'patama liang..yammo too bai di tunu'...ma'pesung ke'lame pareki' manu' duka di tunu. ma' pesung ma' bolong..ma'pesung ma'rundui koh seduka bahasa pesungnya...tempat sesajian juga berbeda'...namun yang saya liat rata'-rata bagian hewan atau ternak yang di ambil cuma hati bagian kiri, kaki dan kepalanya di masa dengan tidak menggunakan garam...yanna kami inde tallu lembangna biasa kayu kapa-kapa di pake sebagai tiang untuk stand sesajian..den duka di saga ma'pesung ke too ma' gandang...atau ritual rambu solo' ala aluk ta
CONTOH DOA 
 
Kamu to sikambi’ kalimbuang boba
Kamu to sitaranak to’ mata uwai
La ma’pangan-pangan mo komi
La mima’damerak-merak
Anna di iru’ te wai anna dipamuntu marendeng
Kibayak masae lako
Anna miissanni kamu deata sikambi kalimbuang boba
Kamu te sitaranak to’ mata wai
Apa sundun rekke lolokna aluk pare tallu bulinna
Uppu’mi rekke palapa daun sangka’ belong-belongna ke’te’ tallu etengna
Dadi babangunmi la untundan to mamma’
Komi to sikambi’ kalimbuang boba
To sitaranak to’ mata uwai
Angki timba kebongi keallo
Angki siokki kolla’ kekaroen
Angki popamuntu marendeng
Kipobayak masae lako.
CONTOH DOA 
 
Sundunmo rekke lolokna aluk pare tallu bulinna
Upu’mo rekke palapa daunna
sangka’ belong-belongan ke’te’ tallu etengna
Dadi kamumo deata sikambi’ pare tallu bulinna
To sitaranak ke’te’ tallu etengna
Eh, kumandemo komi sanda mammi’
Tumimbu’mo komi sanda marasa
Kipatobang di kollong tu sesa isimi
Kipalambun dibaroko tu ra’dak barokomi
Kipopamuntu marendeng
Kipobayak sae lako.







Felix Maya:
LETTOAN sama artinya dgn LEMPOAN = LETTO'-LETTO' .. lettoan klo dlm bahasa indonesia klo tdk salah artinya adl "pengaraman atw aram2" (maaf klo salah) .. lettoan digunakan untuk mengarak babi dlm sebuah acara RT .. awalnya lettoan hanya bsa diisi oleh babi .. dlm ritual aluk todolo, lettoan digunakan dlm pesta persembahan kepada deata2 ..

Pelita Hidup:
LETTOAN sun jomai kada : LE'TO-na...atau TO SANGRAPUNNA paa lanmai to' Tongkonan di Rara..yamoto anna sea me-LETTOAN ( = me-LE'TO-an )..




Rana Dase
Lambang Ayam di Longa Toraja ini sbg simbol Sistem Peradilan Adat Toraja yg disebut Ma'bulangan Londong...dipandang Adil krn kedua pihak yang bersengketa diberi kebebasan memilih jenis ayam mana yang dipandangnya sbg "jagoannya". Bila pilihan ayam jantannya kalah, maka taruhan dimenangkan oleh sipemilih ayam yg menang...tanpa intervensi sia Ne' Tumba' ( Wali Negeri )... 

Saturday, July 13, 2013



Rana Dase
DISKRIPI tentang KEBUDAYAAN

Masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena tidak ada kebudayaan yang tidak bertumbuh kembang dari suatu masyarakat. Sebaliknya, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan karena tanpa kebudayaan tidak mungkin masyarakat dapat bertahan hidup, masyarakat adalah wadah, dan budaya adalah isi.
Terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan kebudayaan, yakni manusia menciptakan budaya kemudian budaya memberikan arah dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan merupakan hasil dari ide-ide dan gagasan-gagasan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya aktivitas dan menghasilkan suatu karya (kebudayaan fisik) sehingga manusia pada hakekatnya disebut makhluk sosial.
Kebudayaan juga mencakup aturan, prinsip, dan ketentuan-ketentuan kapercayaan yang terpelihara rapi yang secara turun temurun diwariskan kepada generasi ke gerasi.

Hal ini juga tampak dalam Masyarakat Toraja, kebudayaan yang dibina, dikembangkan, deketahui dan diakui pihak lain secara nyata akan menunjukkan adanya proses pewarisan budaya dari para leluhur Masyarakat Toraja. Kebudayaan tersebut dibangun berdasarkan Asas, Prinsip-prinsip, Aturan-aturan, Ketentuan-ketentuan, dan Strategi tertentu yang berbasis Mitologi, Seni, Kepariwisataan, dan Ritual-ritual Adat lainnya.

Kebudayaan pada suatu kelompok masyarakat atau etnis tertentu tidak akan hilang begitu saja semudah "menghapus dedak" di telapak tangan, akan tetapi kebudayaan dapat berubah seiring dengan perkembangan pola pikir dari masyarakat.
Perubahan ini dikarenakan adanya pengaruh globalisasi ( dalam trend saat ini ) yang menuntut masyarakat untuk hidup serba modern. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat telah merubah gaya hidup dan pola pikir manusia. Secara perlahan membuat masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan atau budaya lamanya yang selama ini mereka pelihara eksistensinya. Adanya pengaruh global membuat kita mulai melupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Budaya Lokal yang telah diwariskan oleh Nenek Moyang Bangsa kita.

Terkikisnya budaya lokal akibat pengaruh terpaan globalisasi juga mulai terasa dalam Budaya Toraja. Sebagian besar Masyarakat Toraja terutama generasi muda yang seharusnya menjadi penerus untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan mulai meninggalkan bahkan tidak peduli terhadap keberadaan Budaya/Tradisi Toraja.
Sehingga ritual atau simbol yang terdapat dalam prosesi Adat hanya sekedar "tontonan", sebagai pelengkap dari Upacara Adat yang mereka lakukan tanpa mengetahui proses dan makna dibalik ritual tersebut. Padahal bagi masyarakat Toraja, Upacara Adat selalu dipandang sebagai sesuatu yang Sakral, yang sarat akan makna.

Hampir sebagian besar Generasi Muda Toraja tdkk tahu dan tdk memahami apa yg terkandung dlm sebua Ritual Adat Toraja yg dilakukan. Hal ini di karenakan adanya persepsi yang salah dari Generasi Muda bahwa Adat ini sudah "kuno, tradisional, dan ketinggalan zaman" yg tak pantas dan tak cocok lagi dengan dunia modern sperti skarang ini. Itu suatu KEBENARAN atau hanya sebuah GENGSI..?? :)


Aluk Todolo adalah agama leluhur nenek moyang suku Toraja yang hingga saat ini masih dipraktekkan oleh sejumlah besar masyarakat Toraja. Bahkan pada tahun 1970, Aluk Todolo sudah dilindungi oleh negara dan resmi diterima ke dalam sekte Hindu (Hinda-Toraja).

Aluk Sanda Pitunna (aluk 7777) disebarkan oleh Tangdilino' dan merupakan sistem religi yang diyakini oleh orang Toraja sebagai aluk yang diturunkan dari langit bersama-sama dengan umat manusia. Oleh karena itu, Aluk Sanda Pitunna adalah aluk tertua dan menyebar secara luas di Toraja. Sementara itu, Aluk Sanda Saratu' datang kemudian dan disebarkan oleh Puang Tamborolangi', namun Aluk Sanda Saratu' hanya berkembang didaerah Tallu Lembangna (Makale, Sangalla dan Mengkendek).

Aluk Sanda Pitunna bersumber dari ajaran agama (sukaran aluk) yang meliputi upacara (aluk), larangan (pemali), kebenaran umum (sangka') dan kejadian sesuai dengan alurnya (salunna). Aluk sendiri meliputi upacara yang terdiri atas tiga pucuk dan empat tumbuni (aluk tallu lolona, a'pa' pentaunina). Disebut tiga aIuk karena ia meliputi upacara yang menyangkut manusia (aluk tau), upacara yang menyangkut tanam-tanaman (aluk tananan) dan upacara yang menyangkut binatang (aluk patuan) dan dikatakan empat oleh karena di samping ketiga hal di atas ada lagi satu upacara yang disebut upacara suru' berfungsi untuk menembus kesalahan (pengkalossoran).

Wilayah barat

Tokoh penting dalam penyebaran aluk ini di wilayah barat Tana Toraja yaitu : Pongkapadang bersama Burake Tattiu’ yang menyebarkan ke daerah Bonggakaradeng, sebagian Saluputti, Simbuang sampai pada Pitu Ulunna Salu Karua Ba’bana Minanga, dengan memperkenalkan kepada masyarakat setempat suatu pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja “to unnirui’ suke pa’pa, to ungkandei kandian saratu yakni pranata
sosial yang tidak mengenal strata.

Wilayah timur

Di wilayah timur Tana Toraja, Pasontik bersama Burake Tambolang menyebarkannya ke daerah Pitung Pananaian, Rantebua, Tangdu, Ranteballa, Ta’bi, Tabang, Maindo sampai ke Luwu Selatan dan Utara dengan memperkenalkan pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja : “To Unnirui’ suke dibonga, To unkandei kandean pindan”, yaitu pranata sosial yang menyusun tata kehidupan masyarakat dalam tiga strata sosial.

Wilayah tengah

Tangdilino bersama Burake Tangngana menyebarkan aluk ke wilayah tengah Tana Toraja dengan membawa pranata sosial “To unniru’i suke dibonga, To ungkandei kandean pindan”. Sesuai dengan makna dan kandungan yang terdapat di dalam sistem kepercayaan Aluk Todolo, terdapat sejumlah hal yang relevan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Jika ditelusuri jejak referensi adanya konsep pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup bagi orang Toraja, ditemukan bahwa pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup bagi orang Toraja, pertama diatur dalam sistem religi yang ada dan hal itu meliputi hampir seluruh ritus yang dilaksanakan.

Pelita Hidup
Iyatu Aluk ( = Wahyu ) tae' nah bisa na ciptakan To Lino ( Toraya ), yatu Aluk Todolo...Aluk sipammulanna iya ditampa tu Pongmula Taunna Toraya doo langi', tassu' lanamai disanganna Sauan Sibarrung tu disanganna To Karua, termasuk mo Nenek Todolo na Toraya lanto' disanga Datu' Laukku'.
Dadi...musti bisa dibedakan : umba Aluk, umba Ada', umba Budaya, umba Tradisi...tae sama nasang to'mai..??? Patarru'mi ambek-indok Dosen KTB, kuu lopa dolo meutan Bai le'..salama' melambi' sola nasang..salama' kaboro'..
Rana Dase
Aluk Sanda Pintunna, nti efektif "dibumikan" sktr Tahun 900-an bersamaan saat Puang Tandilino' mendeklarasikan Tondok Lepongan Bulan, Tana' Matarik Allo sbg nama pertamax Toraja, dgn mengutus para utusan2 pentingnya kee Wilayah Adat Toraja spt ke Duri-Enrekang, ke Toraja Barat, Tator & Torut oleh Puang Tangdilino' sendiri bersama Burake Tangngana, dan ke Pantilang oleh anakx sendiri b'nama Pasontik. 
Ada' Sanda Saratu' itu...nti muncul kemudian sktr Tahun 1050-an oleh Tamboro Langi', yang asal-usulnya tidak jelas. Efektifnya Aluk diekploitasi kedalam Ada' Sanda Saratu' itu ketika cucu uttu'nya ( anak-na Lakipada ) disangan I Petta Labattang ma'indok to Gowa sibali Petimba Bulaan ( anak-na Manaek ) lanmai Nonongan.
Note : Manae' ini cucu anak dari Puang Ambuk di Kesu'.
 Agustinus Sempang
Simbol Aluk Sanda Pitunna, secara Angka awalnya 7 angka 7, atau "7777777". Lalu kemudian orang menyebutkannya dlm ucapan kalimat verbal menjadi : Pitungsa'bu Pituratu' Pitungpulo Pitulise'...yg dlm angka menjadi "7.777".
Tetapi substansi dari Aluk Sanda Pitunna itu terletak pada "tingkatan ucapara ritulnya, yaitu :
> Pitungtodo' ( tujuh tingkatan ) lan Rambu Tuka
> Pitungtodo ( tujuh tingkatan ) lan Rambu Solo'.
Catatan : tingkatan2 dalam kedua Aluk tsb diatas..."disusun oleh Puang Tangdilino' tidak berdasarkan pertmbangan Strata Sosial/Kasta2, akan tetapi berdasarkan Kemampuan dari si empunya/penyelenggara Upacara Rambu Tuka' atau pun Rambu Solo'.
Aluk Sanda Pitunna : Tujuh Tingkatan Rambu Ti=uka', Tujuh Tingkatan Rambu Solo', yang tidak didsarkan pada Strata Kasta2, tetapi lebih pada "tingkat kemampuan yang empunya hajatan = demokratis".
Aluk Sanda Saratu' : itu Seraba Seratus...100 Tedong, 100 Babi, 100 Jonga, 100 Manuk, 100 Olo'2 alinnya...dan didasarkan pada Strata Kasta2..ini klu begini yg bisa masuk Puya hanya Taborolangi' sj..lalu yg tak punya apa2...sdh jadi hukumnya binasakah smtr hidupnya mkgn lbh benar dihadapan Sang Khaliknya...
Aluk Sanda Pitunna ( Tahun 900-an ) ya tu dolo 150 Tahun, namane bu'tu undi tu Aluk Sanda Saratu' ( Tahun 1050-an) 


Benjamin Kembong Lisulembang
Adalah aluk penebusan atau pembayaran untuk menghapuskan status kaunan pada sesorang.  
Jadi orang yang tadinya kaunan dan ingin memulihkan statusnya atau terlepas dari status kaunan ba'tu anak, maka harus menyerahkan semua bentuk hewan, barang dan lain2 dengan jumlah seratus setiap benda. contoh 100 Sendo', saratu' balao, saratu' Tedong dan sebagainya. inilah Peruntukan aluk sanda 100. 
RaRa BuKu
Berarti yatu Aluk Sanda Saratu' : pemujaan lako ri To Lino undaka' "Status Puang" mui raka nah scr status sosial lanni status kaunan, asslan bisa "nah alli / nah bayak" tu "sima status Puang"..? Susi too tu kesan kuappa umbasai te' postingan mi doo kk BKL. 
Atau kada senga'na kumua : tangngia iya napa lulalo "Puang Matua tu pang-Aluk-anna", tapi dipalulako bangri Puang Lino...umbaraka susi tu pas na tee...tabe' kk pakanassa pi...salama'..bongi melo.

Rana Dase
Yamo misa' buttinna too kumua yatu Aluk Sanda Saratu', tangngia iyanna Aluk-na Totumapata'.
Yamoto anna tallan kalena mo male naabaa wai salu sa'dan. Ka-Puang-an bisa dialli...bisa dila'bak...??? Ohhh..bende'ki'..!!! Hmmm..laku kukua totemo, kumua : yatu Tamboro Langi'...to rampo ri ma'pasalai..umpessepang Alukta, Aluk Toraya...lan Aluk Sanda Pitunna.
To Lino mo dipopendolo2 ladi penombai saba' dkuaka "Puang Dialli" mo toda', anna yatu Puang Matua dipajo bangmo to' tituk rinding saba' yatu Aluk Sanda Saratu tangngia iyanna Alukna Puang Totumampata', Aluk na garaga2i kelana iya sia Tamboro Langi' too...???

Felix Maya
Aluk sanda saratu' atau aluk sanda karua tetap juga mengenal istilah kaunan .. aluk sanda saratu' membagi masyarakat dlm tiga tingkatan sosial PUANG . TO MAKAKA & KAUNAN .. tdk ada yg bsa naik tingkat, dari kaunan ke Puang .. yg bsa mengenal naik tingkat itu cuma aluk sanda pitunna itupun dlm melaksanakan upacara ada' rambu solo' .. dpt melaksanakan upacara dgn jumlah tedong sma dgn tingkatan di atasnya, tetapi bukan jenis tedong yg sama dgn tingkatan di atasnya .. 

Benjamin Kembong Lisulembang
Aluk sanda saratu' bukan untuk menjadikan kaunan puang tapi untuk membebaskan statusnya dari kaunan menjadi bukan kaunan.



Benjamin Kembong Lisulembang:
Pa'Katik yang di pasang di atas kabongo', itu adalah pertanda bahwa mintu'na sara' mangka nasangmo naolai sia di pogau' tu tongkonan ya to. mangkamo mang rapa'i sia mangkamo merok, ketika sudah ada rencana merok, maka Pa'katik sudah bisa dipasang. sebagai informasi bahwa MEROK adalah pasangan dari MANGRAPA'I. 
Sundunpi aluk napogau' tu toma'tongkonan namane bisa umpasang Pa' Katik. 
Bentuknya seperti kepala ayam jantan ( Manuk Londong) sampai ke leher 
Secara garis besar Maknanya sama dengan Kabongo' Ulu' Maspa Sucyati, karena itu adalah satu kesatuan, sebagai kelengkapan dari status Banua atau Tongkonan Tersebut. sebagai catatan bahwa tidak semua kalangan bisa menggunakan Ornamen ini., dengan kata lain bahwa hanya bangsawan ba'tu to sugi'. 
Untuk menggali itu sangat kompleks karena sudah menyangkut dua adat, Rambu Solo' dan Rambu Tuka'. Ma'rapa'i itu aluk Rambu Solo' dan Merok adalah Aluk Rambu Tuka'.
RaRa BuKu:
Yatu ku tandainna disanganna Pa'katik..biasa duka nasangai tau Manuk Arae ( Manuk Arae sumber inspirasi passura' Pa'katik ), yapi nah bisa pasangngi tau too...kee ex To Pada Tindo pi...susi to tu biasa kupekutanna lak te'mai Pasurra' lanlu Tonga sia lanlu La'bo' Ba'tam...

Benjamin Kembong Lisulembang:
Untuk pemasangan Pa'Katik tidak hanya to pada Tindo adingku RaRa BuKu. itu adalah bagian dari ukiran toraja pa' manuk londong, namun emang lebih sering d sebut Manuk Rae atau Arae. manuk arae itu adalah ular berkepala Ayam dan ada sampai sekarang masih hidp di beberapa daerah di Toraja. 
Sebenarnya kalau yang berhubungan dengan sara' di tongkonan yang paling pertama di laksanakan biasanya Mangrara banua, lalu berikutnya apakah itu Rambu solo' atau rambu tuka' tidak jadi masalah. Jika Merok lebih duluan maka nanti pada saat ada acara Rambu solo' di Tongkonan itu, harus minimal Mangrapa'i atau yang tertinggi Sapu Randanan. jika yang duluan Aluk Rambu Solo' dengan tingkatan yang saya sebutkan tadi maka harus juga di adakan Merok, namane bisa di pasang tu Pa'Katik

Tondok Toraya
Dari infomasi beberapa org parengnge' yg pernah saya wancarai di daerah kesu' ttg katik mengatakan bahwa pada awalnya tidak semua tongkonan dapat dipasangi katik hanya tongkonan yg mempunyai peranan adat di dalam kampung yg dapat menggunakannya. Fungsinya sama dengan A'riri posi' yg ada ditengah rumah (satu2nya tidang yg langsung berhubungan dengan tanah. Jadi menurut mereka persayaratan ritual tidak menjamin bahwa tongkonan tersebut layak menggunakan katik diatas kabongo. Namun sekarang hampir semua tongkonan karena kekayaannya sudah menggunakannya.
Jauh sebelum ada pa'barani To Pada Tindo thn 1683 (kalau gak salah) menurut peneliti2 luar bahwa Katik sudah digunakan pada tongkonan tertentu. Yang aku tahu bahwa makna katik diatas kabongo lebih menjurus kepada sistem kepemimpinan adat. Mungkin ada hubungannya dgn sistem religi orang toraja zaman dahulu namun yang aku tahu segala jenis ritual2 aluk yg dilaksanakan di suatu tongkonan tidak menjamin bahwa tongkonan tersebut layak memakai katik.  
Soal motif Katik ada yg mengatakan mirip kepala ayam, ada juga yg mengatakan mirip naga serta ada yg mengatakan itu ARAE sejenis ular yang sangat berbisa. Arae menurut cerita orang2 dulu (nenek2) kalau kena napasnya membuat orang meninggal.
Oh..iya.. menurut pak guru saya yg berasal dari Nanggala dia pernah melihat Arae pada waktu dia masih kecil. Bentuknya mirip ular bertanduk, mempunyai kaki namun gerakannya lincah. Cepat menghilang jika melihat manusia. Namun sekarang spesies tersebut tidak pernah terlihat lagi. Mungkin sudah punah. 

Pandangan Kosmologi Masyarakat Toraja Berdasarkan Analisis Jowa Imre KisJovak
(Jowa Imre Kis-Jovak,1988) 

1.Langi'mo mula-mulanna sola tana. Nagaragai ampunna tana,ampunna lino. Sirampanammi kapa' langi' na tana. Dadimi tau a'pa',iamo tu: disanga Puangdilalundun, disanga Labiu-biu, disanga Indo' Ongon-Ongon, disanga Simbolongpadang.

2.Malemi Simbolongpadang sirampanan kapa' Riba'. Unggaragami kila', unggaragami sanda kadake, sisarakmi langi' na tana. Ma'kornbongammi tu tau tallu, nakua: "Unggaragamo kadake siulu'ta — na mindamoki' ungkambi' tutungan bia'?" Disituru'imi tu Labiu-biu ungkambi' tutungan bia'.

3.Malemi tu Indo' Ongon-Ongon rokko to kengkok, sirampanan kapa' Pong Tulakpadang. Unggaragami lino', usseno padang, unggaragami angin, unggaragami bongi. Malemi Puangdilalundun langngan langi' sirampanan kapa' Gauntikembong, dadimi Pong Bero-Bero.

4.Unggaragami bintoen, unggaragami bulan, unggaragami allo. Iatonna dolona, masiang bangpa — tae' allo, tae' bongi. Sirampanammi kapa' Arrangdibatu na Pong Bero-Bero. Dadimi Puang Matua Dolo disanga Puang Tongkon.

5.Sirampanammi kapa' Puang Tongkon tu Tumba' Paparilangi'. Dadimi Puang Matua, To petiro aluk, dadi Indo' Samadenna, dadi Barrangdilangi'. Malemi tama bulan Indo' Samadenna, male tama allo Barrangdilangi'. Untiromi kuli'na langi' Puang Matua — manippi'pa kuli'na langi' tonna dolona.

6.Iatonna dolona dao langi', piong ba'tan bangpa dipobo'bo', dena' dipomanuk. Dirtunnukmi riti bulaan, die'te'mi kala'siri lambe'. Kombongmi sauan sibarrung, ombo'mi tandasan sikori-kori.Disondokammi sauan sibarrung daomai sepena langi'; ditampami kuli'na langi', disanga Patalabunga.

7.Tiballa'mi rante masangka', tidandanmi buntu malangka'. Ditampa nene'na batu disanga Patalabintin. Ditampami aluk 7 lise'na, 7 pulona, 7 ratu'na, 7 sa'bunna, 7 kotekna, 7 tampangna,7 sariunna.

8.Malemi nene'na sakke untongkonni sumengana lombok. Diembongmi bulaan tasak sola nene' tang karauan. Iamo ditampa nene'na bo'bo', disanga Bumbunganrante, diganti Datu Lamemme'. Ditampami nene'na to lino, Datu Laukku'; nene'na tominaa La'langlangi', diganti Kambunolangi'.

9.Ditampa nene'na to indo', Datu Mengkamma' (Karaeng Ma'loko-loko). Ditampa nene'na to burake, disanga Killi'-Killi'. Nene'na to ma'gandang, disanga Mandaikama. Nene'na kaunan, disanga Pottokalembang, iamo to dipotedong-tedong uma, to dipokarambau tempe'.

10Tae'pa sambo boko'na tonna dolona. Ditampami nene'na sampin, disanga Ungku, Rambutikembong tungka sanganna. Rindingnami, sikasiri' datu, sikatumpu' ampu lembang. Ditampami nene'na serre', disanga Datu Parerung. Ditampami nene'na pangngan, disanga Kaise'.

11.Ditampami nene'na punti, disanga Datu Marorrong; nene'na tallang, disanga Kumirrik; nene'na ao', disanga Ma'buku bulaan; nene'na induk, disanga Monggo; nene'na sendana, disanga Labengnga'; nene'na manuk, disanga Lua'kollong; nene'na asu, disanga Buriko'; nene'na bai, disanga Riwati; nene'na tedong, disanga Manturiri; nene'na ipo, disanga Datu Merrante, Allotiranda tungka sanganna; nene'na bassi, disanga Riako'.

12.Malemi nene'na sendana ma'rampanan kapa' rekke tampona limbong, sirampanan kapa' Sendana Balo'. Tang sandami rampanan kapa', iami sirampanan kapa' te anakna sauan sibarrung; untumangmi Datu Laukku' bomboan. Nakande solanami manuk, katotok-totok lako sangserekanna, disangami Puang Maro.

13.Urnbaliangammi batu ba'tangna Puangdilalundun, nakua: "Ba'tu la manannang tana' siai ungkambi' tutungan bia' siulu'ku?" Dilando lalannimi Labiu-biu sola Adang Mangkakalena"'. Kendekmi Labiu-biu patutungan bia', ba'tan bangpa tu naposuru' sola dena'.

14.(Paami Datu Laukku', dibura' passakke deata, nakua: "Misami pulu'-pulu' pare,misa simanui tedong.Paami sanda mairi',naarrang tutungan bia'."Susinta to lino, ke denni salata, naarrangki' tutungan bia' — ko la paa batang dikaleta.

15.Malemi nene'na manuk sirampanan kapa' manukna Pong Pirikallo, londongna Pong Ondouai, manuk dadi lanmai kurin-kurin gallang, ombo' rikusi bulaan. Dadimi tallo' siannanan, bamburang sikaruan. Randukmi petanda masiang, nene'na manuk. Randukmi nene'na bo'bo' umpangidenni pare bu'tu ri Tombang, pare to manglaa tedong.

16.Randukmi nene'na manuk dinaran lolokna banni' rekke ulunna langi'. Randukmi diborong-boronganni nene'na manuk: lotong: kambi'na rampanan kapa'; karurung: diposuru' kale; koro: kambi'na lemba kalando; rame: kambi'na sakke malino; lette' riri: kambi'na tallu bulinna; seppaga: kambi'na alang dibando;

17.burï: kambi'na ma'belo tadi; buri'tik: kambi'na tengko randuk; uranuran: kambi'na kombong masirri (induk); bu'ku': kambi'na doko maripi'; bulu tui: kambi'na ma'bala tedong; sa'pang: kambi'na datu matasak; lappung mabusa baba'na: kambi'na raukan tedong; pute: kambi'na tananan bua', ungkambi' lumbaa langi'; bullau: dipopetangka' ura'.

18.Tiborongmi nene'na manuk. Randukmi dipotangkean suru'. Bendanmi suru'na uase to pande sola bingkung to manarang. Malemi tama pangala' tamban Puang Paonoran, nakua: "Kayu apako te?" Nakuami mebali: "Kayu uru, dikombong pandoko dena'." Tae'pa nadisanga banua. Nakuaomi: "Kayu apako te?" Nakuami mebali: "Kayu betau".Napasandami rere'na, napaganna' sanda karua.

19.Napamuntui uase, napamuntui bingkung; apa manokapa ma'lingka. Napatongkonmi dao kalandona buntu, untaan angin ma'kada tau. Ma'kadami tu angin, nakua: "Ma'apako dao kalandona buntu, Puang Paonoran?" Mebali Puang Paonoran, nakua: "Inde kayu betau la kugaraga tau, apa tang ma'ulelean. La kutaanpa tu angin ma'kada tau, kupatamai batang dikalena."

20.Nakuami angin ma'kada tau: "Den manii aluk musala, kumallaimo lan mai batang dikalena, mukuami: Mutoeanna' massangpali' rengnge'." Nakuami Puang Paonoran ma'kada: "Dolo sala, undi mangaku, namakamban kande mammi'na Puang Matua."

21.Nakuami angin ma'kada tau: "La ma'uai ma'tanmo' lan batang dikalena to, la ma'sakke tang tisenggongmo' lan tondon to batangna." Sisulu'mi basse kasalle, angin ma'kada tau na Puang Paonoran, unnindo'mi pandan kabusungan. Moi api sisulu' duka basse Puang Paonoran, nakua: "Pasambiri matako manii lako bangunan banua." Nakuami api: "Aa . . tontongna' diposukaran aluk, ke denni kapemalaran la . . . . "

22.Sirampanammi kapa' anakna sauan sibarrung te kayu betau, sisangami sampu pentallun. Dadimi anakna disanga Pande Patangnga'; unggaragami tandung tiulunna langi'.Dadimi Pande Paliuk, unggaragami bangunan banua. Nene'na tedong male ma'rampanan kapa' disanga Tele'pupu.

23.Malemi Datu Laukku' rekke ulunna langi' sirampanan kapa' Kandomatua, ampona Pong Buatabang, nalolongi kada minnak. Dadi Indo' Pare'- Pare' ungkambi' parekkean para, napotekken battu to. Indo'na Manapa' ungkambi' surasan tallang. Indo' Roatumbang ungkambi' bate manurun.Landosamara ungkambi' raukan tedong.Lua'toding ungkambi' tananan bua'.

24.Randukmi diboronganni tu sendana, naboronganni Pong Mulatau. Sendana balo' ungkambi' surasan tallang. Sendana lumu', ungkambi' tetean tampo. Sendana dongka kumpang rampe matampu'. Sendana lalong umpetajanni kakena bamba sola tarangga masiakSendana sugi' ungkambi' raukan tedong.Sendana bonga malute ditoto parangka dialuk sola patangdo, ke denni tananan bua'.

25.Diboronganni tu nene'na tedong. Sambao': napopendio' talla' to ponto litakan, sulemi sangdunduan pindan. Bulupunte' kambi'na raukan tedong. Kullu kambi'na tananan bua'. Pundulillin kumpang lako rampe matampu'. Todi' sikambi' tana' bassi. Bonga sikambi' tana' bulaan.

26.Kendekmi sangga mairi' daa ulunna langi'. Malemi Pong Mulatau tama tangngana langi', umpokinallo sukaran aluk, sirampanan kapa' Indo' Gori-Gori. Dadimi Manurundilangi'. Umpalumirikmi randanna langi' tangkean suru'. Pariami tangkean suru'. Dadimi sembangan ongan.

27.Bendanmi demmeran para. Paria demmeran para. Dadimi surasan tallang. Bendanmi bate manurun. Bendanmi raukan tedong. Pariami raukan tedong. Bendanmi tananan bua' dao tangngana langi'.

28.Umbungka'mi ba'bana langi' Manurundilangi', ma'banua ditoke', ma'tondok dianginni. Mailu matami rokko tangngana tasik. Nakua: "Diongri loka' la kunii malua' bingkung. Apa iari, ke napatuo ko'to'na' to kapadanganna diong, ke tang situru'na' kuli'na padang."Diroromi buntu malangka', dipatendanmi saruran bulaan. Kombongmi padang di Pongko', ombo'mi padang di Lebukan.

29.Nakuami Manurundilangi': "Den omo te kapadanganna, apa tae'pa tu la kupolalan rokko." Diulingmi eran dilangi', napolalan nene'ta situru' sukaran aluk.Ia nene'na bai madangli' (mataku') unnola eran dilangi', unnola sepenami langi' nene'na bai, tiranduk ilan di Moriu, sirampanan kapa' Torateda', bai bu'tu ri Kanan.

30.Ia nene'na tedong unnola rumassena buntu, tiranduk dio randanna langi', sirampanan kapa' tedongna Indo' Dure'- Dure', tedong mempodongan. Keampo keanakmi tedong, unnorongimi tasik mapulu'; nene'na tedong tiranduk lan di Sinadi. Ia nene'ta Manurundilangi' sirampanan kapa' Marrindiliku; undadiammi tau karua.

31.Misami tang ungkande makula', disanga Ranggauai; iamo disomba tallo'na manuk sola barra' dimamatai.Malemi Saronglea langngan Bone, asu bangpa nasallang. Male Datu Mangoting rokko Palopo, asu dukapa nasallang. Male to tang kumande makula' lako Batuapian. Male Pong Mulapadang lo' Rantebulaan. Male Banggairante tama Siguntu'. Male Pondanpadang tama Lino. Male Pong Tambulibuntu tama Rura.Male Tandiminanga rokko liku.

32.Malingmi tau lo' Siguntu', sandami torro to kampin. Lindomi lindona Patundu' sola Sangga.Nakuami to Sarombon, kadanna to Pasangbayu, to lao' bamba Siguntu':"La ma'patumbamo' inde,la ma'ruang diapamo'? Denmo te aluk kusala sangka' kutengkai kalo',kulamban pasala uma.

33.To malangi' ri bubungan,to tumbang ri papa tallang,bongsu' ri landa banua.To malangi' sao-sao, tumbang salamba-lambana; sao-sao langngan Bone, salamba langngan Balanda. Kenna tang manarang Sangga, kenna tang pande Patundu', ungkita dampinna Bugi', temme' ara'na Balanda." Nakuami to Patundu', kadanna Sanggaiolang: "Ma'dinko mangaku kumba', mangore tanda tinaran, unnaku kande limammu lako to petoe tabang".

34.Nakuami to Patundu': "Tambaimoko to Mambo sola to Pong Beloaak. Ia patutungan bia', patandean sulo-sulo." Rampo ma'rebongan didi, ia mangrampe letokan. Salana pasandak salu — napopa'indo' tama rebongan didi. Salana ma'liu lima lako to petoe tabang, narebongi didi. Sandami nalindo bulanni, pantan nabarre alloi.

35.Sulemi rampanan kapa'. Sulemi mellolo tau. Sulemi doko maripi', rendenan tedong. Sulemi tetean tampo, pesungan banne, nakadang tangkean suru', balo'na tutungan bia'. Sulemi sangga mairi'.

36.Bendanmi bate manurun, dipesung manuk, dipesung bai. Tirandukmi nene' lan lino, tangkean suru' napomatanna lalan, lumepong tondok. Bangunmi ma'tengko randuk.

37.Kendekmi kaise' ma'dandan. Saemi naala anakna to kengkok. Natiromi Marampiopadang tu kaise'na, madarang kebongi, namakamban keallo. Unnindanmi dokena Datu Nakka'.

38.Naraukmi Marampiopadang tu anakna to kengkok. Nadaka'mi Datu Nakka' tu dokena, tae'mo natiro. Ussorongmi rendenan tedong sola tetean tampo sola bulaan tasak, napengkanokai Datu Nakka'. Ma'pasompok sorongmi Datu Nakka'. Malemi Marampiopadang unnala bambalu toding sola ue sitammu bukunna.

39.Randukmi manggaraga buria' Marampiopadang. Nabungkarammi Sampurari mangapi'na tana, ma'tetean ulangmi, ma'pelalan buria' rokko to kengkok. saemi rokko lólokna pao.

40.Narangimi tu gandangna anak to kengkok. Nakuami Marampiopadang: "Mindara dipa'gandangan?" Nakuami to mangkambi' mebali: "Anakna Pong Tulakpadang dirauk dao langi'. Budamo to ma'dampinna natae' namaleke." Nakuami Marampiopadang: "Laoko solanna'." Nakuami tu to mangkambi': "Benna' tu pao mai, kulao ussolangkomi."

41.Saemi lako tondok, ma'kadami tu Marampiopadang, nakua: "Tae'pi aku tau dao banua, kumane ma'dampi." Sae langngan banua, nasapu-sapumi, naalai tu dokena sule. Sulemi kale datunna anak to kengkok, kendek marampa' langngan randanan, urnpotendeng tendengna.

42.Dipokadammi saro tu Marampiopadang. Nakuami: "Samamo' misaroi, ke mipalendu'mi samaanna." Massura' tallangmi; sandami diala tu belona surasan tallang. Natiromi Marampiodang, nakuami ma'kada: "Iamo pole' la saroku: tu belona kapemalaran."

43.Mekutanami, nakua: "Apanna ditanan tu mati' punti?" Nakuami: "Oto'na". Mekutanaomi tu Marampiopadang, nakua: "Na iatu induk?" Nakuami: "Belulukna ditanan." Mekutanaomi tu Marampiopadang, nakua: "Na iatu sendana?" Nakuami: "Tangkena bang ditoto nadiosok. Mekutanaomi, nakua: "Na iatu tallang?" Nakuami: "Oto'na bang ditanan." Mekutanaomi, nakua: "Na apa tu unnoni?" Mebaliomi, nakua: "Gandang".

44.Nakuami Marampiopadang, ma'kada: "Iamo pole' la saroku tu mintu'na tu." Naalami Marampiopadang napatamai buria' tu sarona. Sulemi ma'tetean ulang, untintinmi gandangna. Nakuami to kengkok: "Sae undampi kande limanna." Sitammumi tananan mellao langi', tananan bu'tu ri lino.

45.Napasulemi tu dokena Datu Nakka'. Mamba'tami Marampio padang. Saemi uran. Nasembangi Datu Nakka' tu daunna Marampiopadang. Ma'kadami Marampiopadang lako Datu Nakka', nakua: "Pasuleanna' tu daunku, dokemu nakupasulean dukamoko!" Napasulemi Datu Nakka', apa malayumo.

46.Ussorongmi iananna tu Datu Nakka', nokaomi Marampiopadang. Batang kalenami Datu Nakka' nasorong. Randukmi napotedong-tedong uma Marampiopadang tu Datu Nakka'. To maluangan batu ba'tangna tu Marampiopadang, nasangami anak.

47.Umpala'pa'mi samaanna: ma'parakke para, massura' tallang, merok, ma'bate; pariami; bendanmi tananan bua'. Kendekpa sangga mairï' lan Rura, langnganpa pantan sola nasang. Randukmi sirampanan kapa' Bombongberu' na Mellaolangi', napatudu leko' Pong Marattiatinting, nakua: "Dadimo anakmu baine sia muane, Londongdirura; pasirampananni kapa'."

48.Sengkemi Puang Matua, nakua: "Umbamo papa rara'na tu to misa dikombong, dipasirampanan kapa'?"Apa mandappi'pa langi' sola tana tonna dolona. Nakuami Londongdirura: "Indemo tananan bua' papa rara'na."

49.Nalambi'- mi pangandaran, tallanmi rokko liku to disalampe maniki. Lampungmi Sokko Kalale' sola Indo' Pare'-Pare'. Lampungmi tarukna La'bi Tombeng lako randanna langi'. Karapa natang bendanpa eran dilangi', naola to situang tanduk langngan ba'tangna langi' . . . .

50.Nakuami Puang Matua: "Umbako situang tanduk?" Mebalimi nakua: "Natumangkan kami Pong Marattiatinting." Nakuami Puang Matua: "Ina'pa kusanda malambi'. Lando lalanniko, Suloara' sola Buauran rekke ui'na padang di Sesean. Mupa'sarrinni sanda kadake Pong Marattiatinting sola Pong Marattiabonga.

51.Baai te kalosi kalebu, kalosi sangpiak, kalosi sangtepo, kalosi sangdaluk. Ia la unnissan sampu pissan, sampu penduan. La mutanan tu kalosi. Ianna tuo tu kalebunna pamanda'i lan rampanan kapa' to siulu'. Ianna ia tuo tu sangpiakna, sampu pissan. Ianna ia tuo tu sangtepona, sampu penduan."Pakalan sanglesona manna tuo na sangdalukna.

52.Pakalan rampomi Suloara' sola Buauran patutungan bia'. Rampomi ma'rebongan didi. Malingna Bombongberu' sola Mellaolangi' napopa'indo', tama rebongan didi. Balo'mi tutungan bia'.

53.Sulemi Sokko Kalale' sola Indo' Pare'- Pare' nakadang tutungan bia': Ma'bua'mi Pondanpadang ,la'pa'mi Buntuarroan .Ia bua' dipasarra', samaa ditulu-tulu. Iamo bua' tang damma', samaa tang beluakan. Lao' bambana Lembang, kendekmi sangga mairi', naria tananan bua'.

54.Randuk tumengkami nene', tumengka sola alukna, lao sola bisaranna. Rampo ribamba Marinding, rampo ma'rampanan kapa', lako nene' Buenmanik. Nasalungan kada minnak,naria kada tangguli. Tumampa-mampami rara'. rumende-mende sarapang. Dadi taruk bulaanna.

55.Dadimi Tangdililing, Pasontik, Pong Seppabulaan, Pong Kalolokna sola Pussabannangna.Iamo umbangun banua tu Pong Kalolokna sola Pussabannangna. Namale unnala tedong tama pangala'. Nakuami Beka'-Beka' sola Maradonde': "Saemo ambe'ku umbaa tedong sola banua." Male Pong Seppabulaan unnala bai rokko Moriu, nasanga burana lemba kalando.

56.Napariaimi tangkean suru', natana' sarri', namasirri makamban. Bendanmi sembangan ongan dialami ampo anakna susu ma'dandan, tang tirambanmi sangserekanna. Pariami sembangan ongan.

57.Bendanmi surasan tallang. Paria surasan tallang. Bendanmi raukan tedong. Bendanmi bate manurun. Paria bate manurun. Bendanmi tananan bua' lo' padang di Marinding.

(naosso' Ne' Mani', to minaa daomai Sereale)
H. VAN DER VEEN
Oeeeee allo mangka ta tanda balo' to ma'rapu kulla tu palelang langsa'......ao',allona allo tuka' sangka'na kulla bulan,tu rampo inde gayangna padang di balik tu'tun di padang .........,kulla te tama padang manikna te simbolong manik,di para'pan lako te pa'rautean bulawan passalleran,situru allo masakke, na turu' to puang matua sangka'na to tu mampata ,rampo unnula' alukna rampanan kapa' sumpa'na pessullean allo sangka'na allo ,tu marassan parundunan bulo buntun tu tete malawa' kurre sumanga'na pole parayanna na tontong la matua marinding tekke rara' sabu' karurungan,laki posima laki deken lengo lengo pa' inanna ....... Tu marassan na pasakka ia tu mingka tama rampanan kapa' tu'tun tama pa' sullean allo tu di parakatutu ....... Kurre sumanga'na pole parayanna allo melambi' saba' parayanna kulla' makale' lu jomai puang matua tontong umpasitammu marampa'ki lan te allo kulla'....kurre.....kurre.. sumanga'.... 
titik-titik itu bisa di isi tempat dimana acara di selenggarakan. semoga bermanfaat, tabe' ke denpi siulu' solanasang untandai na bagi anta pada melada' solanasang. kurre sumanga' pole paraya langnga Puang matua do masuanggana to palullungan.

Nona Palalangan:
Kenapa para Penari Pa'gellu harus jinjit selama magellu?
Rana Dase:
Seluruh "gerak tari" pada tarian Pa'gellu', dipicu oleh Bunyian To Ma'lambuk Pare lan Issong Pandan ( Lesung Melintang ). Inspirator dari tari Pa'gellu' ini bukanlah orang sadar yg meliuk2kan tubuhnya saat mendengarkan bunyi Issong Pandan tsb, melainkan To Maro ( Wanita Gila ). Jadi kajian kenapa "kaki menjinjit" itu spontanitas.

Felix Maya:
Gellu' (sbg nama tarian) dlm pesta maro sebenarnya identik dgn lemah lunglai sperti org skit (gelu'), makanya tarian "..gellu'..", di zaman leluhur org toraja hanya ditarikn dlm upcara penyembuhan org sakit .. (klo ndak slah nama upacaranya "maro" .. ma'gellu klo tdk salah awalnya berasal dari pangala' (ditariakn pd psta bua'), pa'gellu (sy ndak tau dari mana asalnya, tp klo ndak salah tarian kemenangan
.. gellu' bila diartikan sebagai tarian) dlm bahsa toraja hanya diartikan sbg mengayunkan tangan dgn melentikkan jari serta menggerakkan pergelangan tangan) .. makanya dlm beberapa jenis tarian org toraja, ada yg tdk harus jinjit ..
.. penari yg berjijit biasanya cma pd perempuan .. model tarian ini disebut dgn ma'gello-gello atw kume'lo-me'lo, katanya untuk menghasilkan gerakan seperti meliuk-liuk 

RaRa BuKu:
Inspirasi munculnya Tari Pa'gellu terjadi di Karassik ( skrg Kota Rantepao ) saat ada kegiatan To Ma'lambuk Issong Panda di suatu acara Rambu Solo'.
Pada saat itu ada seorang Ibu Guru dari Pangngala' yg hdr dlm Rambu Solo' itu dan melihat perilaku wanita gila ( maro ) ini meliu'2kan tubuhnya, tangannya, dan kakinya yang meng-injit2, mk terinspirasilah si Ibu Guru, dan lalu mengembangkannya menjadi sebuah tarian yang diberinya nama Pa'gellu'. Ini murni seni tari, tak ada unsur2 religi didlmx.. tabe'..

Desty Pongsikabe:
Tarian Pa Gelu asal Pangala...tidak sembarang di tarikan seperti sekarang...12 Gerak langkah Dasar, Masing masing Memiliki Magna Teologis dan Spritual , Prosesing Penyembahan seiring Tertiupnya angin, Ungkapan Syukur terasa saat Gerak Putaran Mata kaki menuju Utara Mensyukuri Anugerah sang Pencipta seiring Bunyian Gandang mewarnai Pasang surutnya Kehidupan...Bagi kami sangat melekat ..Nilai nilai Spritualitas Alukta...

Pelita Hidup:
satu2nya"Seni Tari Religi Asli Toraja" adalah "Ma'tere", selebihnya itu cocologi.com...!!!
Nona Palalangan:
Hasil penelitian saya kurang lebih sepuluh tahun lalu,,saya meneliti da ujung Sangala di klan Puang Sombolinggi sampai ke klan Pongtiku di tondon Pongtiku di Pangala bdasarkan data lapangan dan referensi buku2 yang ada...Tari Pagellu mmg awalnya ada di masing2 wilayah lembang di Tana Toraja..tapi, bdasarkan triangulasi data mmg muncul nama Pangala..karena pada waktu pentahbisan salah satu gereja di Barana diadakanlah festival tari pagellu,(mnrtu informan saya di rantepao dan di sangala) dan yang menang dan dianggap terbaik ( pada saat itu adalah gellu dari pangala ) dan memang saat penelitian pun saya hanya mendapatkan data lisan dan yg terpenting TERTULIS ttg susunan gerak/koreografi Gellu Pangala bdasarkan nilai filosofi yg terkandung di dalamnya, thats the point! yg saya sangat butuhkan utk skripsi sy di jurusan seni tari pada waktu itu..nah..selanjutnya sampai skrg saya masih mjadi PENJAGA tari kebanggaan kita ini, krn bagi sy yg hidup di dunia "real" seni pertunjukan/ kesenimanan... hati saya suka miris melihat Tari Pa'gellu kbanggaan SAYA pribadi dan orang Toraja umumnya.. diacak2 oleh teman2 sesama seniman di luar sana.....tetappi.. jgn salah ..tnyata "org dalam " pun tnyata banyak yg suka acak2 tari Pagellu,krn mgkn ketidak tahuan mrk ttg Nilai Artistik dan Filosofi yg ada di dalam Pa'gellu... boleh buat gerak-gerak baru/ tari kreasi baru tapi jangan dikasih nama Pagellu,kasih NAMA LAIN... mgkn bnyk "org kita" yg bpikir itu hanyalah sekedar "tari" tdk lebih...dan tidak penting..


Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!