Wednesday, October 30, 2013


Dsapta
Anak, Ambe'/Indo'(Tomatua)Nene' Mammi'Nene' Uttu'Nene' SalemberanNene' Todoan

Rana Dase
MA’A dan SARITA, Kain Asli dari Surga.

Ada pesan dari pemburu benda2 purbakala : “Jika kamu berkunjung ke Toraja, jangan lupa untuk membeli Kain Ma’a dan Kain Sarita”.
Konon, kedua kain ini dibawa oleh nenek moyang suku Toraja yang datang dari Surga, kemudian menetap di bumi.

Kain Ma’a adalah Kain Sakral yang hanya dikenakan oleh Pemuka Adat ( Parengnge’ ) dan Pemuka Agama ( Patutungan Bia’ & Tominaa ). Para pemuka adat dan pemuka agama mengenakan kain ini pada upacara tertentu, seperti Mangrara Banua ( syukuran rumah ). Keistimewaan lain, yaitu sebagai Pembungkus Jenazah.

Kain ini berukuran 2,25 m x 60 cm. Sebagai hewan yang memiliki kedudukan tinggi di Toraja, kerbau tampil sebagai motif pada Kain Ma’a. Kerbau yang beriringan dan motif bintang yang digambarkan dalam bentuk salib, adalah dua motif yang paling sering tampak pada motif kain ini.

Selain kain Ma’a, ada juga kain Sarita yang biasa disebut sebagai Batik-nya Toraja. Tentu saja batik ini berbeda dengan batik-batik yang ada di Jawa. Perbedaannya terletak pada corak, motif, dan perintang warna ( zat pewarnanya ) yang digunakan pada proses pembuatannya. Pada kain Sarita, perintang warnanya menggunakan “malam lebah”. Kadang-kadang mereka juga membuatnya dari “bubur beras”, seperti pada proses pembuatan Kain Simbut di Baduy.

Kedua kain ini ( M’a & Sarita ) memiliki banyak keistimewaan bagi masyarakat setempat. Di antaranya adalah sebagai Penolak Bala, memiliki khasiat untuk Memberi Keberuntungan, dan sebagai Penghubung antara Manusia dengan Tuhan.
Caranya ialah dengan mengikatkan ujung kain sarita yang panjangnya 5 meter dengan lebar 30 cm ini pada tiang rumah dan ujung lainnya diikatkan pada tiang tempat kerbau ditambatkan sebelum disembelih sebagai persembahan. Corak-corak yang terdapat pada kain ini menunjukkan tingkat sosial dan kekayaan si pemilik kain.

Serat kapas bukanlah satu-satunya bahan yang digunakan sebagai bahan pembuat kain tenun di Toraja. Serat tumbuhan lainnya pun dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain. Nenek moyang Orang Toraja pernah menggunakan serat daun nanas sebagai bahan pembuat kain yang akan dijadikan tirai atau baju pada upacara tertentu. Sedangkan zat warna yang mereka gunakan semuanya terbuat dari bahan-bahan alami yang diperoleh dari dedaunan, biji-bijian, akar-akaran, tanah liat, maupun rempah-rempah. Warna-warna yang dihasilkan dari bahan-bahan alami tersebut antara lain ialah warna hijau, kuning, hitam, merah dan biru.

Keunikan inilah yang membuat kain Ma’a asal Toraja terus dilestarikan, untuk menambah daya tarik wisatawan ke Indonesia. Apalagi, corak kain Ma’a disebut-sebut mirip dengan ragam hias kain milik Suku Ma’a yang ada di kawasan Vietnam Selatan.

Kain MA’A ( Batik Toraja ) adalah : BATIK TERTUA di DUNIA.

Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik” yang bermakna “titik”. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.

Sebuah catatan penting bahwa daerah Indonesia yang tidak terkena pengaruh Hindu seperti Toraja pernah berkembang batik yang dibuat dengan teknik wax-resist dyeing. Cikal bakal batik dapat ditelusuri dari kain simbut dari Banten dan kain ma’a dari Toraja di Sulawesi Selatan yang memakai bubur nasi sebagai perintang warna. Oleh karena posisi Geografis Toraja terisolasi di pegunungan, maka para ahli menduga kemungkinan besar batik itu asli dari sana, tidak dipengaruhi India sebagaimana sejarah batik Jawa yang ditengarai dikenalkan pada jaman Raja Lembu Amiluhur (Jenggala), sehingga Ma’a ( Batik Toraja ) ini memunculkan teori boleh jadi Ma’a adalah Baik pertama Indonesia.

Mengutip Heringa (1996), konon batik ini diperkenalkan oleh orang India, pada saat Raja Lembu Amiluhur menikahkan putranya dengan putri India, sekitar tahun 700. Dalam bagian lainnya, disebutkan kalau batik dalam bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki oleh Orang Toraja.

Salah satu kreasi baru yang muncul adalah Ma'a & Sarita ( Batik Toraja ) yang merupakan hasil karya perancang busana, Fothel Art. Menurut Arfol, motif batik Toraja ini beramacam-macam. Masing- masing motif mempunyai nama yang mengandung arti tertentu. Seperti motif Pare Allo yang berarti matahari dan bentuk bulat menyerupai matahari yang bersinar. Ada yng disebut Pa’teddong yang berarti kepala kerbau dan menjadi lambang kebesaran di daerah Toraja Kemudian ada yang dinamakan Poya Mundudan yang dalam bahasa Indonesia berarti burung belibis.

Warna khas Ma'a & sarita ( Batik Toraja ) adalah hitam, merah, putih dan kuning. Untuk warna kombinasi setelah kain dicap, kemudian di celup dengan pewarna dan selanjutnya beberapa garis motif ditutup dengan warna yang berbeda,”ungkap Arfol. Bahan yang digunakan dalam pembuatan batik ini ada tiga macam, yaitu katun, sutera super dan sutera ATBM

MA’A ( BATIK TORAJA ) mulai diperkenalkan secara resmi tahun 2004 dengan idea menuangkan Karya Ukir dalam Kain dan merupakan perpaduan antara nilai tradisional dengan post-modern. Produk-produk yang mulai diminati : sutera dalam aplikasi bahan, Kemeja, Selendang dan Stola serta Kain Sarung dan Celana Santai yang sering digunakan dalam keseharian Masyarakat Toraja.

Sejak batik dijadikan sebagai Ikon Nasional, kenapa Batik Lokal Sulawesi Selatan ( Ma'a & Sarita Toraya ) yang diketahui sebagai pendahulu pengrajin batik malah tenggelam dari gempita produksi Batik Nasional?
Jawabannya mudah! Inovasi instansi yang bersangkutan untuk promosi potensi daerah Sulawesi Selatan ( Toraja ) miskin ide dan memang sudah melempem dari dulu.. 

Duuuhhh..koq Moyang2 Toraja dulu begitu kaya idea & kreatif ( tanpa pendidikan formal ), koq malah sekarang jadi miskin idea ( dgn pendidikan formal yang berjejeran ) yah...?!
Ada jawaban atas masalah ini siulu' sola masang...??? 




Kalau tidak salah... Ma' Pesung adalah proses meracik Sesaji yang di siapkan dalam suatu ritual upacara yang di persembahkan kepada Sang pencipta melaului perantaraan sang Dewa (Deata) Mis : yang di gambar ini adalah tentunya melalui perantara Deata Kesuburan dan kemakmuran ... tabe' ke kalirui, atau kurang lengkap... Aku bang mo uainna pa'piong anak manuk, sola barra' rarang....
 Dase Agustinus
Ma'pesung...banyak macam...ma'pesung jika kita orang kristes setara dengan ungkapan doa...kalau ma'pesung unsuru'k tallu lolona..biasa di pakai pare kasalle.. sih pentallu di pogau..di allai si sang bongi..manu' di tunu' manu sella yang pertama..manu' tae melodukapi... yanna ma'pesung too ma'kaburu atau un'patama liang..yammo too bai di tunu'...ma'pesung ke'lame pareki' manu' duka di tunu. ma' pesung ma' bolong..ma'pesung ma'rundui koh seduka bahasa pesungnya...tempat sesajian juga berbeda'...namun yang saya liat rata'-rata bagian hewan atau ternak yang di ambil cuma hati bagian kiri, kaki dan kepalanya di masa dengan tidak menggunakan garam...yanna kami inde tallu lembangna biasa kayu kapa-kapa di pake sebagai tiang untuk stand sesajian..den duka di saga ma'pesung ke too ma' gandang...atau ritual rambu solo' ala aluk ta
CONTOH DOA 
 
Kamu to sikambi’ kalimbuang boba
Kamu to sitaranak to’ mata uwai
La ma’pangan-pangan mo komi
La mima’damerak-merak
Anna di iru’ te wai anna dipamuntu marendeng
Kibayak masae lako
Anna miissanni kamu deata sikambi kalimbuang boba
Kamu te sitaranak to’ mata wai
Apa sundun rekke lolokna aluk pare tallu bulinna
Uppu’mi rekke palapa daun sangka’ belong-belongna ke’te’ tallu etengna
Dadi babangunmi la untundan to mamma’
Komi to sikambi’ kalimbuang boba
To sitaranak to’ mata uwai
Angki timba kebongi keallo
Angki siokki kolla’ kekaroen
Angki popamuntu marendeng
Kipobayak masae lako.
CONTOH DOA 
 
Sundunmo rekke lolokna aluk pare tallu bulinna
Upu’mo rekke palapa daunna
sangka’ belong-belongan ke’te’ tallu etengna
Dadi kamumo deata sikambi’ pare tallu bulinna
To sitaranak ke’te’ tallu etengna
Eh, kumandemo komi sanda mammi’
Tumimbu’mo komi sanda marasa
Kipatobang di kollong tu sesa isimi
Kipalambun dibaroko tu ra’dak barokomi
Kipopamuntu marendeng
Kipobayak sae lako.







Felix Maya:
LETTOAN sama artinya dgn LEMPOAN = LETTO'-LETTO' .. lettoan klo dlm bahasa indonesia klo tdk salah artinya adl "pengaraman atw aram2" (maaf klo salah) .. lettoan digunakan untuk mengarak babi dlm sebuah acara RT .. awalnya lettoan hanya bsa diisi oleh babi .. dlm ritual aluk todolo, lettoan digunakan dlm pesta persembahan kepada deata2 ..

Pelita Hidup:
LETTOAN sun jomai kada : LE'TO-na...atau TO SANGRAPUNNA paa lanmai to' Tongkonan di Rara..yamoto anna sea me-LETTOAN ( = me-LE'TO-an )..




Rana Dase
Lambang Ayam di Longa Toraja ini sbg simbol Sistem Peradilan Adat Toraja yg disebut Ma'bulangan Londong...dipandang Adil krn kedua pihak yang bersengketa diberi kebebasan memilih jenis ayam mana yang dipandangnya sbg "jagoannya". Bila pilihan ayam jantannya kalah, maka taruhan dimenangkan oleh sipemilih ayam yg menang...tanpa intervensi sia Ne' Tumba' ( Wali Negeri )... 

Saturday, July 13, 2013



Rana Dase
DISKRIPI tentang KEBUDAYAAN

Masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena tidak ada kebudayaan yang tidak bertumbuh kembang dari suatu masyarakat. Sebaliknya, tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan karena tanpa kebudayaan tidak mungkin masyarakat dapat bertahan hidup, masyarakat adalah wadah, dan budaya adalah isi.
Terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan kebudayaan, yakni manusia menciptakan budaya kemudian budaya memberikan arah dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan merupakan hasil dari ide-ide dan gagasan-gagasan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya aktivitas dan menghasilkan suatu karya (kebudayaan fisik) sehingga manusia pada hakekatnya disebut makhluk sosial.
Kebudayaan juga mencakup aturan, prinsip, dan ketentuan-ketentuan kapercayaan yang terpelihara rapi yang secara turun temurun diwariskan kepada generasi ke gerasi.

Hal ini juga tampak dalam Masyarakat Toraja, kebudayaan yang dibina, dikembangkan, deketahui dan diakui pihak lain secara nyata akan menunjukkan adanya proses pewarisan budaya dari para leluhur Masyarakat Toraja. Kebudayaan tersebut dibangun berdasarkan Asas, Prinsip-prinsip, Aturan-aturan, Ketentuan-ketentuan, dan Strategi tertentu yang berbasis Mitologi, Seni, Kepariwisataan, dan Ritual-ritual Adat lainnya.

Kebudayaan pada suatu kelompok masyarakat atau etnis tertentu tidak akan hilang begitu saja semudah "menghapus dedak" di telapak tangan, akan tetapi kebudayaan dapat berubah seiring dengan perkembangan pola pikir dari masyarakat.
Perubahan ini dikarenakan adanya pengaruh globalisasi ( dalam trend saat ini ) yang menuntut masyarakat untuk hidup serba modern. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat telah merubah gaya hidup dan pola pikir manusia. Secara perlahan membuat masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan atau budaya lamanya yang selama ini mereka pelihara eksistensinya. Adanya pengaruh global membuat kita mulai melupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Budaya Lokal yang telah diwariskan oleh Nenek Moyang Bangsa kita.

Terkikisnya budaya lokal akibat pengaruh terpaan globalisasi juga mulai terasa dalam Budaya Toraja. Sebagian besar Masyarakat Toraja terutama generasi muda yang seharusnya menjadi penerus untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan mulai meninggalkan bahkan tidak peduli terhadap keberadaan Budaya/Tradisi Toraja.
Sehingga ritual atau simbol yang terdapat dalam prosesi Adat hanya sekedar "tontonan", sebagai pelengkap dari Upacara Adat yang mereka lakukan tanpa mengetahui proses dan makna dibalik ritual tersebut. Padahal bagi masyarakat Toraja, Upacara Adat selalu dipandang sebagai sesuatu yang Sakral, yang sarat akan makna.

Hampir sebagian besar Generasi Muda Toraja tdkk tahu dan tdk memahami apa yg terkandung dlm sebua Ritual Adat Toraja yg dilakukan. Hal ini di karenakan adanya persepsi yang salah dari Generasi Muda bahwa Adat ini sudah "kuno, tradisional, dan ketinggalan zaman" yg tak pantas dan tak cocok lagi dengan dunia modern sperti skarang ini. Itu suatu KEBENARAN atau hanya sebuah GENGSI..?? :)
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!